Dengan Alam Kita Belajar Kehidupan..Dengan IT Kita Belajar Teknologi..Dengan Spiritualism KIta Belajar Keimanan!!!
Mau Pasang Iklan Klik Disini!
Adsense Indonesia

4.116 Hektar Daratan di Pantura Hilang karena Abrasi

Kamis, 03 Juni 2010

JEPARA: Tingkat abrasi pantai utara (pantura) di Jawa Tengah cukup mengerikan, hingga saat ini jumlah areal yang hilang akibat abrasi telah mencapai 4.116,78 hektare sepanjang pantura dari Brebes hingga Rembang, dengan rata-rta setiap tahunnya daratan terseret arus laut antara 5 - 30 meter peertahun hingga mengakibatkan kerusakan hutan mangrove, perkebunan rakyat, pemukiman penduduk dan areal pertambakan.. 


Abrasi pantai utara terparah terjadi di Kabupaten jepara dengan jumlah daratan yang hilang dan rusak mencapai 1.125 Hektare, kemudian diikuti Brebes 818 hektare, Pemalang 445 hektare dan Tegal yang mencapai 300 hektare, dimana akibat abraksi tersebut mengakibatkan rusak dan hilangnya hutan bakau, perkebunan rakyat, pemukiman penduduk, dan areal pertambakan, karena setiap tahun rata-rata hilang daratan mencapai 5 - 30 meter dari bibir pantai. 



Data yang dihimpun dari Badan Lingkungan Hidup Jawa tengah dan Tim Peneliti Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) Semarang menyebutkan, abrasi di pantura terjadi akibat rusaknya hutan mangrove yang ada dan juga akibat pengaruh alam akibat pemanasan global yang mengakibatkan naiknya gelombang laut dibanding tahun-tahun sebelumnya. 


"Sebanyak 96 persen hutan mangrove di sepanjang pantura rusak, hal itu baik akibat terseret gelombang maupun akibat ulah manusia yang melakukan penebangan liar untuk areal pertambakan," kata Guru Besar Ilmu Teknik Pengairan Unisula Semarang Slamet Imam Wahyudi, Minggu (23/5). 


Abrasi yang terjadi di pantura, demikian Imam, terjadi hampir diseluruh daerah sepanjang pantura dari mulai Brebes hingga Rembang (Perbatasan dengan Jatim), meskipun berbagai upaya untuk mengatasi terjadinya abrasi baik oleh pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat maupun bantuan dari luar negeri, namun belum mampu secara sempurna karena membutuhkan dana yang tak sedikit. 


Mengantasi abrasi, menurut Imam, dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti pembangunan dam, tanggul pengaman hingga pengghijauan (sabuk pantai), namun hal itu harus dilakukan dengan cara yang tepat, sehingga pembangunan dan penghuijauan yang ada tidak sia-sia. "Terpenting di sini tidak hanya peran pemerintah, tetapi juga harus ada kerjasama yang baik dengan warga untuk bersama-sama menjaga pantai," katanya. 


Menyadari kerusakan hutan mangrove dan abrasi pantura, walikota Pekalongan Basyir Achmad mengungkapkan lima tahun ke depan Kota Pekalongan harus sudah bergerak secara besar-besaran dibidang lingkungan, hal itu untuk menyelamatkan pantai dari abrasi. "Sasa bertekad akan habis-habisan memperbaiki lingkungan, baik itu pencemaran, rob hingga kerusakan pantai yang kini sudah dalam kondisi kritis," katanya. 


Kondisi kerusakan dari 27 kilometer pantai sepanjang Kabupaten Tegal di antaranya berada di Kecamatan Kramat, Tegal, selain merusakkan perkebunan kelapa, melati dan tambak rakyat serta rusaknya hutan bakau. 


"Dua petak tambak saya sudah hilang akibat abrasi pantai, demikian juga tambak milik petani lain yang mencapai puluhan petak," kata Suranji,47, warga Kramat, Tegal. 


Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Asosiasi dan Pengusaha Melati Indonesia (APPMI) Tegal Bakhrun, akibat abrasi di areal perkebunan melati yang berada di pantura seperti Surodadi, Kramat, Warurejo yang mencapai ratusan hektare rusak dan hilang, sehingga produksi bunga melati setiap tahunnya mengalami penurunan. "Padahal permintaan saat ini sedang banyak dan harga cukup baik, namun kami tak deapat berbuat banyak," katanya. 


Bahkan abrasi pantai, demikian Bakhrun, juga mengancam pemukiman warga di sepanjang pantai Tegal ini, karena jarak rumah warga terdekat dengan pantai sebelumnya mencapai 100 meter, kini telah berada beberapa meter dari bibir pantai, sehingga dikhawatirkan akan mengakibatkan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal. 


Ketua Himpunan Nelayan Serluruh Indonesia (HNSI) Tegal Warnadi mengatakan setiap tahun 5 - 30 meter daratan sepanjang 27 kilometer dari Kramat hingga Surodadi, kabupaten Tegal hilang, sehingga tidaka hanya tambak rakyat, tetapi abrasi juga menggerus perkebunan an hutan bakau. 


"Sekitar 12.000 tanaman bakau yang ditanam beberapa waktu lalu telah hilang terhanyut, demikian juga ratusan pohon kelapa serta tambak udang," kata Warnadi. 


Kondisi terparah akibat abrasi, demikian Warnadi, terjadi di beberapa desa dengan tingkat abrasi mencapai 30 meter setiap tahunnya yaitu Desa Kramat, Munjung Agung, Maribaya, Sidoharjo dan Bojongsana. "kalau dibiarkan tak menutup kemungkinan jalur pantura juga akan tergerus abrasi, karena jalan pantura semakin deklat dengan pantai," tambahnya.

0 komentar: